Home » » AKHLAK DAN MORAL

AKHLAK DAN MORAL

Pernah seorang filosof tatkala mendengar peristiwa Mi'rajnya Nabi Muhammad s.a.w., naik dari bumi yang fana ini kealam yang aman tenteram itu berkata : “Alangkah enaknya kalau aku dapat berbuat seperti Rasul Tuhan ini, aku naik dari masyarakat yang bobrok dan kacau ini kealam yang tinggi, ketempat yang dikunjungi Utusan Tuhan itu. Setibanya disana, aku tiada akan mau lagi turun, aku akan tetap dialam yang nyaman itu ; buat apa kembali kealam yang penuh dengan kesukaran dan kesulitan ini".

Memang bagi tiap-tiap jiwa yang sudah tiada tawakal lagi, yang sudah penuh dengan kekesalan, yang sudah lepas dari rasa “muthmainnah", ketetapan hati, hendak larilah ia dari laut dan darat, bahkan ada juga jiwa yang hendak lepas dari dunia ini seluruhnya.

Akan tetapi Muhammad s.a.w. bukanlah demikian, ia pernah menghadapi kesulitan yang ber-timpa-timpa, perjuagan yang penuh dengan kesukaran, tetapi ia tidak pernah meminta supaya ia jangan dikembalikan ketengah masyarakat yang kacau ini, ia tiada pernah meminta supaya dilepaskan sama sekali dari pada kesukaran dan kesulitan.

Ia sebagai pemimpin tiada hendak lari meninggalkan kesukaran, meskipun ia pernah diangkat Tuhan terlepas dari alam yang bobrok ini.

Ia sebagai “ra'in", memimpin umat dalam memperbaiki kekacauan masyarakat. Ia hanya berseru kepada Tuhannya : “ Berilah aku kekuatan untuk menghadapi masyarakat ini, kekuatan yang akan membawa kepada kemaslahatan dan pertolongan bagi umat manusia."

Didalam memimpin umat, Muhammad tiada pernah hendak memonopoli. Ber-kali-kali beliau berkata : “Tiap-tiap kamu adalah pemimpin, dan tiap-tiap pemimpin akan diminta pertanggungan-jawabnya atas pimpin annya".

Ia sebagai pemimpin membangkitkan orang yang dipimpinnya kearah keyakinan dan pendirian, bahwa tiap-tiap orang mempunyai kewajiban dan tanggung-jawab. Sipat pemimpin bukanlah membunuh cita-cita yang akan tumbuh, tetapi memupuk dan membesarkan tunas yang sedang menjelma, supaya ia lekas dapat menyambung generasi yang telah tua.

Didalam memimpin umat, seringkali pula kita mendapati pemimpin-pemimpin besar dan kecil, lemah dan menurutkan saja kemauan orang-orang yang dipimpinnya karena takut namanya akan jatuh. Padahal Muhammad telah memberikan contoh, apabila hendak mengambil suatu keputusan, lebih dahulu bermusyawaratah dan apabila putusan telah didapat, maka tawakallah kepada Tuhan. Apabila kita menurutkan saja hawa nafsu mereka yang dipimpin dengan tiada memegang teguh akan putusan dan keyakinan, maka akan hanyutlah dalam arus orang banyak dengan tiada mengalirkan kearah jalan yang baik.

Karena takut populeritet akan hilang, takut kursi akan jatuh, lantas saudara perturutkan saja hawa nafsu mereka, maka akan jadi hancurlah masyarakat yang saudara pimpin.

Bukan demikian cara Muhammad memimpin dan memberikan pimpinan.

Ini harus saudara ingat dan saudara renungkan !

Oleh. M. Natsir

Mei 1951

0 komentar:

Posting Komentar

Jangan Hanya Baca Saja, Di Tunggu Komentarnya ^_^

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.