“hai orang-orang
yang beriman,bertaqwalah kepada alloh dan hendaklah setiap diri memperhatikan
apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat),dan bertaqwalah kepada
alloh,sesungguhnya alloh maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(Qs.59 : 18)
Setiap mukmin semestinya sadar
dan menyadari akan langkah dan gerak perilaku kehidupan selama ini. Dari mana
asal hakikat adanya kehidupan ini, untuk apa kita hidup di dunia sebenarnya dan
bagaimana akhir perjalanan hidup manusia nantinya. Dilematis pertanyaan setiap diri akan selalu ada, karena setelah
manusia diciptakan dari setetes darah sampai kepada kesempurnaan kejadiannya -dengan
akal dan pikirannya- selalu berhadapan pada objektifitas
kehidupan maupun subjektifitasnya.
Kesadaran inilah satu faktor yang
akan menghantarkan jiwa manusia, baik lahir
maupun bathin kepada satu sikap
yang pasti dan stabil. Tanpa memahami dan sadar akan arti kehidupan selama ini,
manusia akan terperosok kelembah kehinaan menurut pandangan Ilahiyah. Bahkan hidup bagaikan
kehidupan binatang yang tak tahu aturan dan tidak mau diatur dengan hukum Sang Pencipta
alam semesta Yang Maha Tahu.
Kehidupan yang tidak sadar akan
arti hidup, biasanya disebut hidup hissy,
adalah kehidupan yang hanya untuk kepentingan diri sendiri yang selalu dikejar
hanya kepentingan yang berkenaan dengan
dirinya. Dengan rumah tangganya kadang kadang ia bergerak di khalayak ramai,
tetapi bergeraknya itu hanya untuk kepentingan pribadi, keperluan kasar, keperleuan
materi.
Orang yang demikian itu sesungguhnya
memiliki sifat “diam”. Bukan “diam”karena tak kuasa berjalan. Bukan pula diam
karena tidak pandai bergerak, tetapi diam yang dimaksudkan adalah karena tidak
pandai atau tidak bisa menjalankan hukum-hukum Alloh.
Hidup yang demikian itu boleh
diibaratkan hidup bagaikan tumbuh-tumbuhan hidup dengan tidak sadar dan insyaf
akan arti dan harga hidupnya.
Firman alloh SWT:
“dan (ingatlah),ketika kamu berkata : hai Musa,kami tidak akan beriman
kepadamu sebelum kami melihat Alloh dengan terang, karena itu kamu disambar
halilintar, sedang kamu menyaksikannya”. (Qs.2 : 55)
Umat Nabi Musa meminta kepada Nabinya,
ingin melihat Alloh dengan pandangan lahirnya. Ini suatu hal yang mustahil bagi
makhluk-Nya karena Alloh berfirman pada ayat lain :
“dan tatkala Musa datang
untuk (munajat dengan kami) pada waktu yang telah kami tentukan dan Robb telah
berfirman(langsung) kepadanya,berkatalah Musa : “ya Robbku,nampakkanlah (diri
engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada engkau”.Robb berfirman :”kamu
sekali-kali tidak sanggup melihati-Ku”.tetapi melihatlah ke bukit itu,maka jika
ia tetap di tempatnya(sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”.tatkala
Robbnya Nampak bagi gunung itu,kejadian itu menjadikan gunung itu hancur luluh
dan Musapun jatuh pingsan.maka setelah Musa sadar kembali,dia berkata :”Maha
suci engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman”.(Qs. 7 :143)
“dan mereka berkata :”kehidupan ini
tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja,kita mati dan kita hidup dan
tidak ada yang membinasakan kita selain masa”,dan mereka sekali-kali tidak
mempunyai pengetahuan tentang itu,mereka tidak lain hanyalah menduga-duga
saja”. (Qs.45 : 2 4)
Selain hidup hissy, ada sebagian manusia yang sudah mulai mempergunakan hidupnya
untuk menjalankan hukum-hukum Alloh. Tetapi belum mempunyai kesadaran cukup.
Belum mempunyai keyakinan yang kuat dan teguh. Ia mudah berubah, mudah pindah
haluan dan sikap. Hanya ada sangkutannya dengan kepentingan dunia belaka. Ia
belum mempunyai pendirian yang kuat dan teguh, biasanya hidup semacam ini
disebut hidup Maknawy.
Tingkatan hidup yang ketiga
adalah “hidup Ma’any”. Dimaksudkan
hidupnya dipergunakan untuk melakukan amal kebaikan dan kebajikan yang banyak
lagi sempurna. Amal yang timbul dari keyakinan yang kuat dan iman yang teguh.
Amal yang dilakukannya hanya mengharapkan rahmat dan Ridho Alloh SWT semata.
Inilah hidup yang sadar dan
sempurna karena mendapat bimbingan petunjuk dari Alloh. Karena taat kepada hukum
dan syari’at-Nya. Orang yang duduk dalam kehidupan Ma’any itu, tidak lagi mengenal
sakit dan sukar, berat dan susah, takut dan was-was, melainkan semuanya itu
akan menjadi jembatan menuju kesempurnaan hidup dibawah rahmat dan karunia Alloh
SWT.
Firman Alloh SWT :
“kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih
diantara hamba-hamba kami, lalu diantara ada yang menganiaya diri mereka
sendiri dan diantara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula)
yang lebih cepat bearbuat kebaikan dengan ijin Alloh. Yang demikian itu adalah
karena karunia yang amat besar”. (Qs.35:32)
Hidup kita berlalu dengan waktu, dan
sedetik waktu yang kita lewatkan tak pernah akan kembali. Waktu-waktu yang kita lalui harus punya nilai, nilai yang
dimaksudkan: apakah waktu itu dipergunakan untuk mengabdi kepada Alloh dan
berpahala dengan kebaikan. Atau waktu itu dipergunakan untuk kemaksiatan dan
dosa dihadapan Alloh SWT, atau waktu nol tak berarti.
Dalam persoalan inilah,orang yang
hidup dengan sadar akan arti kehidupannya akan selaluberhitung dengan waktu
yang dilewatkannya.sehingga Alloh berfirman: “demi waktu.sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian.kecuali oarng-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan
nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya
menetapi kesabaran”. (Qs.103:1-3)
Dengan waktu, banyak orang yang
merugi dan dengan waktu itu pula sedikit sekali orang yang beruntung karena
mereka tidak pandai dalam mempergunakan waktunya, semboyan orang-orang beriman
“waktu itu adalah ibadah”, hidup untuk ibadah.
Marilah masing-masing diri untuk
menghisab dan berhitung dengan waktu yang sudah dilewatkan dan waktu yang akan
datang, hitunglah umur kita kurang lebih rata-rata 60 tahun-an. Bagi laki-laki
dikurangi waktu sebelum ‘aqil baligh
15 tahun dan sisanya berarti 45 tahun. Kemudian hitung waktu tidur rata-rata
pada umumnya 8 jam dalam satu hari. Dikalikan 45 tahun sama dengan 15 tahun
sisa 30 tahun. Waktu bekerja 8 jam per hari dalam 30 tahun sisanya 15 tahun. Waktu
lain-lain kurang lebih dan kebanyakan lebih dari 5-6 jam per hari sama dengan
10 tahun sehingga sisa waktu hidup kita kurang lebih tinggal 5 tahun lagi. Lalu
kapan solat kita, jihad, dakwah, tugas-tugas ilahiyah dan ibadah ? sementara
waktu yang kita lewatkan sudah habis dengan tidur 15 tahun. Kerja 15 tahun,
bicara (ngobrol) 10 tahun lain-lain tak terhitung. Benarlah Alloh berfirman
dalam surat al-ashr, bahwa kebanyakan manusia merugi dalam mempergunakan
waktunya.
Rosululloh bersabda :
“tahukah kamu,siapakah orang yang jatuh pailit itu(merugi) ?m .para
sahabat menjawab: “orang yang jatuh pailit ialah orang yang tidak mempunyai
uang dan tidak mempunyai harta.Rosul menjawab : “sesungguhnya orang yang jatuh
pailit dari ummatku ialah orang yang dihari qiamat datang dengan membawa pahala
sholat,pahala shoum dan zakat,disamping itu ia telah mencaci maki ini,menuduh
ini,dan memukul ini,maka ia menerima keburukannya dari ini dan dari
kebaikannya,apabila kebaikan itu habis sebelum selesai memenuhi tuntutan
orang-orang yang mempunyai hak,maka diambilah kesalahan-kesalahan orang
tersebut kemudian dilemparkan kepadanya,kemudian dilemparkan kedalam neraka”.(HR.Muslim
dari Abi Hurairah)
Tidak ada seorangpun dalam
usahanya ingin mengalami kerugian apalagi mengalami kebangkrutan. Orang yang
dalam hidupnya di dunia tidak mempunyai harta dan uang serta mengalami kerugian
dalam usahanya(niaga). Itu belum termasuk orang yang jatuh pailit, sebab masih
ada tempat dan lapangan untuk ma’isyah
dan berusaha. Tetapi orang yang jatuh pailit (rugi) ialah orang yang dikala
hidupnya ahli sholat, shoum, zakat, haji dan segala macam amal kebaikan, disamping
itu pula ia juga melakukan amal-amal jelek seperti mencaci maki orang lain, menuduh
dan memakan harta orang lain tanpa hak dan sebagainya.
Orang yang semacam ini dihari
kiamat akan dihisab antara amal kebaikan dengan amal kejelekannya sampai pahala
kebaikan itu sudah habis, padahal orang yang menuntut haknya karena merasa
dirugikan didunia masih banyak,maka habislah pahala kebaikannya tinggallah sisa
kejelekannya berupa dosa, dan dilemparkan kedalam neraka seperti dalam hadits
diatas.
Perhatikan firman Alloh SWT :
“apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab
diantara mereka pada hari itu,dan tidak ada pula mereka saling bertanya.barang
siapa yang berat timbangannya(kebaikannya) maka mereka itulah orang-orang yang
mendapatkeberuntungan. Dan barang siapa yang ringan timbangannya,maka itulah
orang-orang yang merugikan dirinya sendiri,mereka kekal didalam neraka
jahanam.muka mereka dibakar api neraka,dan mereka didalam neraka itu dalam
keadaan cacat”.(Qs.23 : 101-104)
Maka jelaslah dari ayat diatas, bahwa
orang yang berat timbangan kebaikan ia akan memperoleh keberuntungan dan orang
yang ringan timbangannya, ia akan memperoleh kerugian dan mereka kekal didalam
neraka jahanam.
Sebagai jalan keluar (way out)
dari kesulitan ini, kita harus merencanakan hidup yang lebih baik dengan
mengejar nilai-nilai keutamaan yang tinggi disisi Alloh, mardhotillah adalah satu-satunya alternatif bagi hamba Alloh dengan penuh pengabdian dan mengisi
waktu dengan ibadah dan memperoleh pahala kebaikan selama hidupnya.
Firman Alloh SWT :
“katakanlah : sesungguhnya sholatku,.ibadahku,hidupku,dan matiku
hanyalah untuk Alloh,Robb semesta alam,tiada sekutu bagi-Nya,dan demikian
itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama
menyerahkan diri(kepada Alloh)”. (Qs.6 : 16-163)
“dan dirikanlah sholat itu pada kedua tepi siang(pagi dan petang) dan
pada sebagian permulaan daripada malam.sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang
baik itu menghapus (dosa)perbuatan-perbuatan yang buruk.itulah peringatan bagi
orang-orang yang ingat”.dan bersabarlah,karena sesungguhnya Allohtiada
menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan”.(Qs.11 :114-115)
Jihad adalah bagian daripada
nilai ibadah yang tertinggi nilainya disisi Alloh, untuk menghapus nilai-nilai
kejelekan (syayyi’at).
Firman Alloh SWT :
“orang-orang yang beriman dan
berhijrah serta berjihad di jalan Alloh dengan harta benda dan diri
mereka,adalah lebih tinggi derajatnya disisi Alloh,dan itulah orang-orang yang
mendapat kemenangan”. (Qs 9:20)
Renungkanlah kawan….!!!!
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan Hanya Baca Saja, Di Tunggu Komentarnya ^_^
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.