“Neraka itu diliputi oleh berbagai keinginan syahwat, sedangkan syurga diliputi dengan sesuatu yang tidak disenangi oleh hawa nafsu.” (Muttafaqun ‘alaih)
Hadits pendek ini cukup masyhur di kalangan kaum musllimin. Dari corong mushalla kecil sering terdengar hadits ini dibaca oleh para mubaligh lokal untuk mengingatkan jama’ahnya. Demikian pula para kiai dan ulama besar sering membawakan hadits ini.
Suatu kali Rasulullah bersama para sahabatnya berada di suatu pekarangan. Sambil duduk-duduk, beliau mengambil sebilah kayu. Lantas beliau membuat garis lurus. Di kiri kanan garis lurus terebut Rasulullah membuat garis-garis kecil. “Garis ini menggambarkan jalan yang lurus (Islam), sedang disamping kiri kanan itu ada beberapa garis, yang masing-masing ada pintunya. Setiap pintu dijaga oleh syetan. Terhadap setiap orang yang melewati jalan lurus tersebut, syetan selalu mengiming imingi dengan berbagai kesengangan. Siapa yang tertarik dengan iming-iming syetan, maka terjerumuslah ia ke dalam kesesatan.”
Syetan tak kalah dengan juru kampanye yang mengobral janji berbagai macam. Tak sekedar janji, tapi iming-iming syetan ini bisa berbagai kenikmatan, walaupun sifatnya hanya sesaat. Meskipun demikian, siapa yang tidak tertarik dengan berbagai kenikmatan?
Nafsu adalah salah satu unsur kejiwaan yang cukup vital bagi manusia. Selain sebagai karunia, nafsu ini sekaligus menjadi ujian. Disebut karunia karena tanpa nafsu, manusia tidak akan bisa bertahan hidup. Contoh sederhananya adalah nafsu seksual atau syahwat. Tanpa nafsu ini manusia tidak akan berketurunan. Sama halnya dengan tanpa nafsu makan, manusia akan segera menemui ajalnya.
Nafsu disebut ujian, karena ia selalu mengajak manusia untuk memuaskannya. Padahal kepuasan itu tidak akan pernah ada batasnya. Semakin banyak yang diperoleh, semakin banyak pula yang diinginkan. Terpenuhi satu keinginan, timbul sepuluh hasrat yang lain. Sebelum kuasa ingin punya kekuasaan. Satu periode selesai, ingin periode berikutnya, sampai akhirnya ingin berkuasa seumur hidup.
Rupanya syetan tahu dan mampu memanfaatkan peluang ini degan baik. Mereka tawarkan fatamorgana kepada manusia yang sedang kehausan dalam perjalanan panjangnya. Manusia dibikin sibuk untuk menggapai angan-angannya. Andai saja syetan memberi minum, maka yang disodorkan tiada lain hanyalah air garam. Semakin banyak diminum bertambah haus saja.
Imam Al Qurthubi mendefinisikan syahwat sebagai segala sesuatu yang sesuai dengan kesenangan hawa nafsu, yang cocok dengannya, dan manusia terdorong untuk melakukannya. Berzina, misalnya. Baik zina mata, zina tangan, atau zina yang sesungguhnya. Termasuk di dalamnya adalah korupsi, judi, minuman keras, makanan yang haram dan perpecahan.
Adapun syurga - sebagaimana dalam hadits ini – selalu di kelilingi oleh hal-hal yang kurang menyenangkan. Manusia enggan dan berat melakukannya karena kurang sesuai atau tidak cocok dengan selera nafsunya.
Meskipun syari’at agama telah didesain oleh ALLAH sebagai rahmat guna mempermudah urusan manusia di dunia dan akhirat, tapi manusia tetap saja merasa berat. Mereka merasa terlalu banyak aturan dan batasan-batasan yang menyulitkan. Mereka memilih kebebasan tapi tidak mau bertanggung jawab. Mereka menuntut hak tanpa mau menjalankan kewajiban.
Jika direnungkan, apa hak manusia atas Tuhannya ? Manusia tidak punya hak apa-apa. Hanya karena kemurahan-Nya, manusia diciptakan sebagai manusia, dihidupkan dan diberi berbagai fasilitas dan rezeki. Apa lagi yang masih harus dituntut dari ALLAH? Tidak ada. Apa yang ada dipundak manusia adalah tugas dan tanggung jawab, yang sebenarnya semata-mata untuk kepentingan manusia itu sendiri. ALLAH tidak butuh disembah, dan juga tidak punya interest atas segala aturan dan syari’at-Nya. Ketaatan manusia menjalankan perintah-Nya tidak menambah sedikitpun kekuasaan-Nya. Kemungkaran manusia kepada-Nya juga tidak mengurangi wibawa-Nya.
Syari’at Islam itu sederhana dan mudah. Tidak ada yang menyulitkan, apalagi sampai merugikan kepentingan manusia. Bahkan pada kondisi-kondisi tertentu ALLAH masih memberi berbagai kemudahan atas perintah-Nya.
Wudhu’, misalnya bisa diganti dengan tayamum jika kesulitan mendapatkan air. Shalat, bisa dijama’ dan diqashar jika berada dalam perjalanan atau karena sakit. Jika tidak bisa berdiri, seorang muslim masih diperkenankan shalat sambil duduk. Jika tidak mampu, boleh dengan tidur. Jika masih susah boleh hanya dengan isyarat saja.
Wanita yang sedang haid diberi keringanan, demikian juga yang sedang nifas. Ada beberapa keringanan, baik dalam puasa maupun ibadah lainnya bagi wanita yang sedang hamil dan menyusui. Wanita juga diberi hak waris sekalipun seluruh hidupnya menjadi tanggung jawab lelaki, baik suami, orang tua maupun saudaranya.
Rasulullah diutus ke dunia ini dengan membawa misi rahmat, sekaligus merupakan hadiah dari ALLAH untuk seluruh manusia. Beliau diutus bukan untuk memberi beban tambahan, juga tidak untuk menyusahkan. Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya ALLAH tidak mengutusku sebagai seorang yang mempersulit atau mencari-cari kesalahan orang lain, akan tetapi aku diutus oleh-Nya sebagai pengajar dan pembawa kemudahan.”(HR. Muslim)
Syetan memang patut menjadi terdakwa, sebagai sosok juru kampanye yang berhasil menanamkan rasa berat pada manusia untuk melakukan kebaikan. Merupakan hasil propaganda syetan pula, munculnya kesan nikmat pada berbagai tindakan kemungkaran. Syetan memang musuh yang nyata bagi manusia.
Hadits pendek ini cukup masyhur di kalangan kaum musllimin. Dari corong mushalla kecil sering terdengar hadits ini dibaca oleh para mubaligh lokal untuk mengingatkan jama’ahnya. Demikian pula para kiai dan ulama besar sering membawakan hadits ini.
Suatu kali Rasulullah bersama para sahabatnya berada di suatu pekarangan. Sambil duduk-duduk, beliau mengambil sebilah kayu. Lantas beliau membuat garis lurus. Di kiri kanan garis lurus terebut Rasulullah membuat garis-garis kecil. “Garis ini menggambarkan jalan yang lurus (Islam), sedang disamping kiri kanan itu ada beberapa garis, yang masing-masing ada pintunya. Setiap pintu dijaga oleh syetan. Terhadap setiap orang yang melewati jalan lurus tersebut, syetan selalu mengiming imingi dengan berbagai kesengangan. Siapa yang tertarik dengan iming-iming syetan, maka terjerumuslah ia ke dalam kesesatan.”
Syetan tak kalah dengan juru kampanye yang mengobral janji berbagai macam. Tak sekedar janji, tapi iming-iming syetan ini bisa berbagai kenikmatan, walaupun sifatnya hanya sesaat. Meskipun demikian, siapa yang tidak tertarik dengan berbagai kenikmatan?
Nafsu adalah salah satu unsur kejiwaan yang cukup vital bagi manusia. Selain sebagai karunia, nafsu ini sekaligus menjadi ujian. Disebut karunia karena tanpa nafsu, manusia tidak akan bisa bertahan hidup. Contoh sederhananya adalah nafsu seksual atau syahwat. Tanpa nafsu ini manusia tidak akan berketurunan. Sama halnya dengan tanpa nafsu makan, manusia akan segera menemui ajalnya.
Nafsu disebut ujian, karena ia selalu mengajak manusia untuk memuaskannya. Padahal kepuasan itu tidak akan pernah ada batasnya. Semakin banyak yang diperoleh, semakin banyak pula yang diinginkan. Terpenuhi satu keinginan, timbul sepuluh hasrat yang lain. Sebelum kuasa ingin punya kekuasaan. Satu periode selesai, ingin periode berikutnya, sampai akhirnya ingin berkuasa seumur hidup.
Rupanya syetan tahu dan mampu memanfaatkan peluang ini degan baik. Mereka tawarkan fatamorgana kepada manusia yang sedang kehausan dalam perjalanan panjangnya. Manusia dibikin sibuk untuk menggapai angan-angannya. Andai saja syetan memberi minum, maka yang disodorkan tiada lain hanyalah air garam. Semakin banyak diminum bertambah haus saja.
Imam Al Qurthubi mendefinisikan syahwat sebagai segala sesuatu yang sesuai dengan kesenangan hawa nafsu, yang cocok dengannya, dan manusia terdorong untuk melakukannya. Berzina, misalnya. Baik zina mata, zina tangan, atau zina yang sesungguhnya. Termasuk di dalamnya adalah korupsi, judi, minuman keras, makanan yang haram dan perpecahan.
Adapun syurga - sebagaimana dalam hadits ini – selalu di kelilingi oleh hal-hal yang kurang menyenangkan. Manusia enggan dan berat melakukannya karena kurang sesuai atau tidak cocok dengan selera nafsunya.
Meskipun syari’at agama telah didesain oleh ALLAH sebagai rahmat guna mempermudah urusan manusia di dunia dan akhirat, tapi manusia tetap saja merasa berat. Mereka merasa terlalu banyak aturan dan batasan-batasan yang menyulitkan. Mereka memilih kebebasan tapi tidak mau bertanggung jawab. Mereka menuntut hak tanpa mau menjalankan kewajiban.
Jika direnungkan, apa hak manusia atas Tuhannya ? Manusia tidak punya hak apa-apa. Hanya karena kemurahan-Nya, manusia diciptakan sebagai manusia, dihidupkan dan diberi berbagai fasilitas dan rezeki. Apa lagi yang masih harus dituntut dari ALLAH? Tidak ada. Apa yang ada dipundak manusia adalah tugas dan tanggung jawab, yang sebenarnya semata-mata untuk kepentingan manusia itu sendiri. ALLAH tidak butuh disembah, dan juga tidak punya interest atas segala aturan dan syari’at-Nya. Ketaatan manusia menjalankan perintah-Nya tidak menambah sedikitpun kekuasaan-Nya. Kemungkaran manusia kepada-Nya juga tidak mengurangi wibawa-Nya.
Syari’at Islam itu sederhana dan mudah. Tidak ada yang menyulitkan, apalagi sampai merugikan kepentingan manusia. Bahkan pada kondisi-kondisi tertentu ALLAH masih memberi berbagai kemudahan atas perintah-Nya.
Wudhu’, misalnya bisa diganti dengan tayamum jika kesulitan mendapatkan air. Shalat, bisa dijama’ dan diqashar jika berada dalam perjalanan atau karena sakit. Jika tidak bisa berdiri, seorang muslim masih diperkenankan shalat sambil duduk. Jika tidak mampu, boleh dengan tidur. Jika masih susah boleh hanya dengan isyarat saja.
Wanita yang sedang haid diberi keringanan, demikian juga yang sedang nifas. Ada beberapa keringanan, baik dalam puasa maupun ibadah lainnya bagi wanita yang sedang hamil dan menyusui. Wanita juga diberi hak waris sekalipun seluruh hidupnya menjadi tanggung jawab lelaki, baik suami, orang tua maupun saudaranya.
Rasulullah diutus ke dunia ini dengan membawa misi rahmat, sekaligus merupakan hadiah dari ALLAH untuk seluruh manusia. Beliau diutus bukan untuk memberi beban tambahan, juga tidak untuk menyusahkan. Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya ALLAH tidak mengutusku sebagai seorang yang mempersulit atau mencari-cari kesalahan orang lain, akan tetapi aku diutus oleh-Nya sebagai pengajar dan pembawa kemudahan.”(HR. Muslim)
Syetan memang patut menjadi terdakwa, sebagai sosok juru kampanye yang berhasil menanamkan rasa berat pada manusia untuk melakukan kebaikan. Merupakan hasil propaganda syetan pula, munculnya kesan nikmat pada berbagai tindakan kemungkaran. Syetan memang musuh yang nyata bagi manusia.
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan Hanya Baca Saja, Di Tunggu Komentarnya ^_^
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.