Home » » MEROBEK BAJU FIRQOH

MEROBEK BAJU FIRQOH


Segala puji bagi-Nya dan sholawat serta salam untuk kekasihnya; Muhammad s.a.w yang telah mengajarkan kepada kita untuk bersikap keras terhadap orang-orang kafir dan berkasih sayang kepada orang-orang mu’min. Ikhwah fillah, maaf bila tulisan ini mengganggu ketentraman pola pikirmu. Tapi aku yakin hatimu terbuka luas untuk terus menilai dan menghayati maksud yang terselip dicelah kata-kataku ini. Mudah-mudahan ada kebaikan buat kita bersama.
            Ikhwah, sebenarnya sudah lama hati ini menangis menyaksikan kondisi umat Islam, baik dalam lingkup regional maupun skup Internasional. Keadaannya sama saja, memprihatinkan ! Umat ini yang berjumlah tidak kurang dari 1 Milyar keberadaanya masih di pingpong kesana kemari oleh kaki tangan iblis si hati batu yang berpostur manusia. Mereka menganggap Islam tak lebih dari hidangan di atas meja, yang dapat dimakan bila lapar, diacak-acak bila bosan atau bahkan dicampakkan bila tidak sesuai dengan selera. Yang lebih memprihatinkan lagi, masih banyak “orang dalam Islam” yang ikut andil sebagai pelakunya. Karena tak sadarkah? Atau tak sanggup menahan nafsu kebrutalannya? Dimata orang-orang seperti ini, Islam seperti anak yatim yang gugur dari kandungan, tidak mampu hidup tanpa bernaung dibawah tangan manusia jahil yang sedang berkuasa, serta khawatir tidak mendapat kedudukan jika terus konsekuen terhadap nilai-nilai Al-Islam. Mereka takut tidak dapat memperoleh kedudukan apapun bila tidak mempropagandakan pokok-pokok ajaran Islam yang disesuaikan dengan system yang berkembang pada saat itu. Inilah ujian yang teramat sulit bagi kita, karena tidak ada ujian yang lebih menyakitkan hati daripada jika umatnya sendiri yang mendurhakai dien ini. Kapan petaka yang betul-betul menusuk perasaan ini akan sirna? Tahukah Ikhwah, apa yang menyebabkan kondisi kita menjadi sedemikian hina seperti ini?

            Setelah membaca buku “Politik dan Negara Dalam Islam” karya Ustadz Abul A’la Al-Maududi, tanda Tanya diatas kembali mencekam.

            Menurut beliau, jawaban dari problema umat diatas sederhana sekali. Kehinaan itu terjadi lantaran umat ini menggandrungi system partai atau golongan dan meninggalkan konsep jama’ah dan imamah (Negara/Daulah). System kepartaian yang tengah diterapkan umat ini sebenarnya adalah produk demokrasi barat yang notabene jauh dari nilai-nilai Islam. System ini telah mengakibatkan perpecahan dikalangan umat. Karena itu system ini tidak sesuai untuk umat. Kata “tidak sesuai” dianggap oleh mereka yang masih gandrung dengan system partai, sebagai hipotesa yang mudhorotnya masih syubhat, belum mutlak. Tak terpikir olehnya bahwa tindakan itu bid’ah apalagi haram ! Akibatnya berbagai pembenahan dalam system ini masih mereka tempuh. Sikap mengkerangkeng diri dalam klik ini terus dihidupkan, sekalipun kododoran dalam dalil; babak belur dalam hujjah dan langkah mundur menjauhi “persatuan”.

            Bila kita jujur betumpu pada Al-Qur’an dan Al-Hadits, apapun jenis kepartaian itu, secara tegas tak ada tempat dalam ajaran Islam. Dalam surat Ali-Imron ayat 103 disebutkan.

(#qßJÅÁtGôã$#ur È@ö7pt¿2 «!$# $YèÏJy_ Ÿwur (#qè%§xÿs? 4 (#rãä.øŒ$#ur |MyJ÷èÏR «!$# öNä3øn=tæ øŒÎ) ÷LäêZä. [ä!#yôãr& y#©9r'sù tû÷üt/ öNä3Î/qè=è% Läêóst7ô¹r'sù ÿ¾ÏmÏFuK÷èÏZÎ/ $ZRºuq÷zÎ) ÷LäêZä.ur 4n?tã $xÿx© ;otøÿãm z`ÏiB Í$¨Z9$# Nä.xs)Rr'sù $pk÷]ÏiB 3 y7Ï9ºxx. ßûÎiüt6ムª!$# öNä3s9 ¾ÏmÏG»tƒ#uä ÷/ä3ª=yès9 tbrßtGöksE ÇÊÉÌÈ  
103. dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. 3:103)

Pernyataan Alloh ini dipertegas lagi dengan ayat berikut :

Ÿwur (#qçRqä3s? tûïÏ%©!$%x. (#qè%§xÿs? (#qàÿn=tF÷z$#ur .`ÏB Ï÷èt/ $tB æLèeuä!%y` àM»oYÉit6ø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur öNçlm; ë>#xtã ÒOŠÏàtã ÇÊÉÎÈ  
105. dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat, (QS. 3:05)

Jadi masalahnya “firqoh/kepartaian” bukan hanya tidak sesuai, tetapi benar-benar dilarang dalam Islam. Mereka yang berpartai-partai dan saling superior, dikategorikan musyrik dan dicap oleh Alloh memporak-porandakan Agama (baca Ad-Dien).

* tûüÎ6ÏYãB Ïmøs9Î) çnqà)¨?$#ur (#qßJŠÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# Ÿwur (#qçRqä3s? šÆÏB tûüÅ2ÎŽô³ßJø9$# ÇÌÊÈ   z`ÏB šúïÏ%©!$# (#qè%§sù öNßguZƒÏŠ (#qçR%Ÿ2ur $YèuÏ© ( @ä. ¥>÷Ïm $yJÎ/ öNÍköys9 tbqãm̍sù ÇÌËÈ  
31. dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah,
32. Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (QS. Ar-Ruum : 31-32).

            Dengan demikian jelas, Islam sekali lagi tidak mengenal partai, yang ada hanyalah Hizbulloh dalam artian Al-Jama’ah yang urusan wala’nya jelas tertuju kepada Alloh, Rosul-Nya dan orang-orang yang beriman saja. Anggota-anggota Hizbulloh adalah manusia-manusia muslim hakiki yang menjadikan “Jihad” sebagai akhlaq dasar yang meninggikan Kalimatulloh. Mereka berkeyakinan bahwa meninggikan Kalimat-Nya berarti menegakkan Hukum-Nya dan keyakinan ini tidak akan terwujud tanpa adanya Daulah (Negara). Maka cita-cita seorang Muslim (sekaligus pejuang dan anggota Hizbulloh) “di dunia” tak lain adalah menegakkan Dar Al-Islam, sedangkan cita-cita “di akhirat” adalah memasuki Darussalam (QS. 10:25). Selain itu tak ada lagi cita-cita yang lebih mulia. Upaya ini mereka lakukan dalam bentuk jihad siyasa (jihad politik), jihad maali (jihad harta), jihad ‘askari (jihad militer), jihad ta’limi (jihad pendidikan) dan jihad Lisani (jihad kata-kata). Mottonya didalam menegakkan Al-Haq ini adalah “Yuqtal awyaghlib” (Membunuh atau terbunuh) di jalan-Nya. Rosululloh s.a.w bersabda :

Dari Abu Hurairah r.a. dari Rosululloh s.a.w, beliau bersabda : “Barang siapa tidak berperang sedang di dalam hatinya tidak pernah bercita-cita melakukan perang, maka ia mati dalam keadaan munafiq”.
(HR. Muslim dan Abu Dawud).

            Akhie, sungguh ! sangat ironis dan menyedihkan bila Al-Qur’an dan Hadits sebagai landasan  utama hukum Islam tegas-tegas mengancam musyrik orang-orang yang ber-firqoh/berpartai/bergolong-golongan/, namun pada prakteknya masih kita lihat hingga detik ini hal yang bertolak belakang. Islam telah dikotak-kotak dalam tubuh organisasi atau kelompok yang antara satu dan lainnya tak saling akrab, berjalan sendiri-sendiri bahkan tak jarang pula saling cakar-mencakar, tuding-menuding dan sesat mensesatkan. Masing-masing merasa diri super benar dan puas bila melihat rivalnya berantakan. Yang satu aktif memberantas berbagai jenis hama yang sedang ditebarkan oleh musuh diluar Islam, sementara yang lain tenang-tenang saja duduk pada kursinya dan mengambil jalan aman dengan alasan taktis bahkan disadari atau tidak telah mengaburkan konsepsi da’wah dengan khuthwah (langkah/siyasah). Mereka acuh tak peduli bahkan menggunting dalam lipatan. Keadaan seperti ini jelas telah menyimpang dari fitrah Islami tak pernah kita jumpai contoh-contoh seperti itu baik dalam siroh Rosululloh maupun dimasa Khulafaur Rosyidin. Model berpartai-partai atau bergolong-golongan jelas telah menginjak-injak isi Al-Qur’an dan secara terang-terangan memanipulasi sunnah Rosul.

            Disadari atau tidak, yang menyebabkan Islam tak ubahnya seperti buih di lautan adalah KB (Kurang Bersatu); banyak jumlahnya namun tak punya daya, tak punya ‘Iz-zah (gengsi dan harga diri); kehormatannya hilang, begitu ringkih, gampang diobrak-abrik angin Iblis.

            Karena itu, dengan penuh tawadhu kepada Alloh, mari tak usah kita mereka-reka atau mencoba mereparasi “system firqah/kepartaian/golongan”. Apapun namanya, dampak jelas akan membawa kita ke jurang perpecahan, menyeret kita ke sarang iblis terlaknat. Cukuplah sudah tauladan Rosululloh dalam berda’wah dan berkhuthwah (siyasah). Bahwa tak pernah sedikitpun Rosululloh berniat menegakkan da’wahnya dengan cara meluluskan keinginan penguasa zamannya. Apalagi berniat untuk membentuk suatu partai didalam koalisi parlemen pemerintahan Quraisy dan bekerja sama membentuk system perundang-undangan. Dicamkannya betul larangan Alloh dalam Al-Qur’an surat An-Nisaa’ ayat 140 :

ôs%ur tA¨tR öNà6øn=tæ Îû É=»tGÅ3ø9$# ÷br& #sŒÎ) ÷Läê÷èÏÿxœ ÏM»tƒ#uä «!$# ãxÿõ3ム$pkÍ5 é&töktJó¡çur $pkÍ5 Ÿxsù (#rßãèø)s? óOßgyètB 4Ó®Lym (#qàÊqèƒs Îû B]ƒÏtn ÿ¾ÍnÎŽöxî 4 ö/ä3¯RÎ) #]ŒÎ) óOßgè=÷VÏiB 3 ¨bÎ) ©!$# ßìÏB%y` tûüÉ)Ïÿ»uZßJø9$# tûï̍Ïÿ»s3ø9$#ur Îû tL©èygy_ $·èŠÏHsd ÇÊÍÉÈ  
140. dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), Maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. karena Sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam, (QS. An-Nisa : 140)


Kembalilah kawan....!!!


0 komentar:

Posting Komentar

Jangan Hanya Baca Saja, Di Tunggu Komentarnya ^_^

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.