100. dan tidak ada seorangpun
akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada
orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya. Q.S. Yunus {10}:100.
Masalah sholat yang khusyu ini
sengaja ditunjukan kepada pembaca yang baru menguasai syarat dan rukun-rukun
sholat untuk dapat melakukan syariat sholat secara lahiriyah. Umumnya banyak
yang telah merasa puas jika fase pertama ini diketahui dan dihafalkan
lebih-lebih setelah mempelajari rukunnya secara agak terperinci hingga mengabaikan
masalah batiniah, masalah yang bersangkut paut dengan kekuhusyuan.
Disamping keteledoran sipelaku
sendiri, bahan pelajaran yang menjurus kesana memang sukar didapat, sukar pula
ditelaah, karena materinya sulit dan mempunyai sasaran tujuan abstrak mutlak.
Dr. Richard C. Cabot pernah
menanggapi tentang sholat sebagai berikut : “sholat ialah dengan sadar mencari
perhubungan dengan Sukma Semesta Alam dan kita butuh pada itu, seperti kita
butuh pada makan dan tidur.”[1].
suatu hal yang mudah ditangkap dan perlu diketengahkan dalam masalah ini, ialah
tekanan kata-kata “dengan sadar”. Tegas dimaksudkan oleh kalimat diatas bahwa
sholat itu harus dengan sadar melakukannya. Masalah itu pararel dengan firman
Alloh yang berbunyi :
43. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu
dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, ……….
Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.
Nyata dan jelas bahwa sholat
khusyu’ itu harus diusahakan dengan irodat dan kodrat manusia itu sendiri
secara “sadar”, bukan membiarkan apa adanya, sambil menunggu ilham dan kodrat
Illahi semata, dan bukan pula dengan melalui keadaan tidak sadar. Dua landasan
diatas, lebih mempertegas ketentuan bahwa harkat melakukan sholat yang akan
dicapai itu lebih tinggi dan lebih sukar dibandingkan dengan harkat melakukan
pekerjaan biasa sehari-hari.
Sementara itu teringat pula akan
suatu ungkapan, yang sudah terlalu hafal untuk disebut kembali : “ satukanlah
kata dengan perbuatan demi tercapainya kebahagiaan !” semboyan diatas akan
diulang kembali bahkan mungkin lebih lengkap, yakni : satukanlah kata dan perbuatan, tanggapi dengan
sepenuh pengertian dan ikutilah dengan kehadiran hati, serta sempurnakanlah dengan
sebaik-baik ucap dan sikap.
Barangkali inilah salah satu
penyebab, sholat itu disebut tiangnya Agama, atau pula disebut “kepala”
sekalian ibadah dan ada pula yang menyebut ibadah yang sebenar-benarnya. Memang
dalam sholat itulah terkumpul dan tersusun segala sikap jasmani beribadah
dengan ikhlas, hormat, Ta’dzim, menyehatkan dan tidak melampaui batas segala
bentuk ucapan dzikir, suci mulia yang tergambar dalam takbir, tahmid, tasbih
dalam do’a dan permohonan, segala bentuk konsentrasi kejiwaan dan meditasi
ibadah yang sesuai dengan fitrah manusia dan tidak berlebih-lebihan.
Camkan itu…!!!
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan Hanya Baca Saja, Di Tunggu Komentarnya ^_^
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.